Tuesday, December 20, 2005


Kaki Palsu Keinginan Delisa
Oleh fk.ui.ac.id
http://www.fk.ui.ac.id/var/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=67

Senin, 31-Januari-2005, 09:08:45



WAJAHNYA tidak tampak memancarkan penyesalan. Walau satu kakinya tidak utuh lagi, tapi, gadis kecil itu seakan tak merasa kehilangan.

Bahkan ia asyik mencoret buku hasil pemberian orang. Sepertinya ia sudah tidak sabar lagi pergi ke sekolah.
Gadis kecil bernama Delisa, 7 tahun, adalah pelajar MIN Ulee Lheue, Banda Aceh. Kini hariharinya ia habiskan di kompleks Fakultas Kedokteran Unsyiah. Deli sudah dua pekan dirawat inap di sini, ujar Jalinus, 36, abang kandung Delisa.

Sejak dirawat di sana, kata Jalinus, kondisinya lebih baik. Maklum, walau diinapkan di tenda, tapi pelayannya lebih memadai. Waspada juga melihat banyak pasien korban tsunami dirawat di situ. Di lokasi ini adalah markas tempat dokter negara Denmark, yang ikut berpartisipasi di bidang medis.

Delisa sebelumnya mendapat perawatan di RS Kesdam. Kaki sebelah kanannya terpaksa diamputasi lantaran terkena seng. Sewaktu gelombang tsunami menerjang, Delisa terpisah dengan keluarganya di Ulee Lheue. Tubuh kecilnya sempat terlempar di dekat gudang Kurnia, sekitar 5 Km dari Ulee Lheue.

Bahkan, saat ditemukan Delisa disangka sudah menjadi mayat. Tapi orang yang menemukan terkejut melihat ada gerakan dari tubuhnya. Kemudian diserahkan kepada Pak Didi, warga Lamteumen. Sempat dibawa ke rumah Pak Didi, tapi karena lukanya serius terpaksa ia dinapkan di RS Kesdam.

Didampingi Baktiar, orang tua Delisa dan Julius, gadis kecil ini termasuk orang yang punya kemauan keras. Saat menghadapi gelombang, seperti dituturkan Jalius, adiknya sempat berpikir untuk bisa memegang apa saja. Ia sempat memegang perahu yang melintas di depannya, kata Jalius.

Saat itulah, kakinya tergores benda tajam. Tapi rasa sakit masih dapat ia tahan. Begitu pula saat gelombang kedua datang, yang membuat kapal yang ia pegang terbalik, tangannya masih juga bisa memegang kayu. Rupanya kayu tadi mengantarkan dirinya ke Jalan Lamteumen Timur. Adik saya ditemukan orang keesokan harinya (maksudnya hari senin), kata Jalinus.

Selain Waspada, sore kemarin, Delisa sempat pula diwawancarai sebuah televisi asing. Ia merasa senang pemberian buku dan peralatan sekolah yang diberi oleh wartawan asing itu. Dari bukubuku itulah Delisa kembali teringat saat ia dibangku sekolah.

Delisa, aku Baktiar, tergolong murid cerdas. Setiap bagi rapor, nilainya semua bagus. Anak saya ini sering mendapat renking di kelasnya, kata Baktiar, sembari menyebut ibu Delisa, bernama Salamah, adalah guru di MIN tersebut.

Kalau kaki saya cepat sembuh Deli bisa langsung ke sekolah ya Bang, kata Delisa kepada abangnya yang setia menemani adiknya itu. Kini, kakak Delisa bersama Ibunya belum ditemukan. Tapi Baktiar, bapak Delisa, tampak pasrah.

Pensiunan Dinas Pendidikan ini, sekarang berpikir bagaimana membahagiakan putrinya yang sudah tidak punya kaki sebelah itu. Dokterdokter Denmark di sini sudah menjanjikan akan memasangkan kaki palsu buat anak saya, kata Baktiar. Ia hanya berharap janji itu bisa segera terlaksana. Kalau orang bule (asing) biasanya komit terhadap janji, Baktiar optimis, bantuan kaki palsu itu akan datang.

Sosok Bocah Tegar

Kalau kita melihat Delisa dalam kondisi kakinya harus diamputasi, tapi mempunyai semangat hidup tinggi, kita harus angkat salut. Makanya, orang yang melihatnya, sering memberikan buah tangan. Tidak kecuali jurnalis asing tadi. Ia menjanjikan akan datang lagi menjenguk Delisa, sambil memberikan hadiah sebuah handphone. Wartawan cewek itu yang akan beri adik saya HP, kata Jalinus.

Orang salut kepada Delisa, karena gadis kecil ini adalah sosok wanita tegar dan tidak mudah putus asa menyesali keadaan. Semoga semangatnya tetap menyala sampai kapan pun, harap Baktiar, ayah Delisa, yang selamat dari tsunami karena saat bencana sedang berada di Jakarta.

(FKUI/WASPADA online)

Wednesday, December 14, 2005

Trans Four You.... *

Image hosted by Photobucket.com

'Aih...aih... Tak terase Trans TV sude empat taun menemani pemirsa. Siti merase terobati bertemu dengan penggemar Siti di Indonesia ini, bila melalui layar Transtv....' Demikian dialog khayalan saat Siti Nurhaliza manggung besok. Stage nya keren Jon!! Ada 2 kotak panggung, yg setiap kotak terdiri dari 2 set panggung untuk band (atas-bawah). Belom lagi stage utama.
Image hosted by Photobucket.com

But..., tapi....., gimana cara...........
Image hosted by Photobucket.com
Tempat buat festival kalo tak liat2, paling banter 250-300 orang. N u know what (dan kau tau apa), undangan yang tersebar sampai 700 orang!! (pepes kali!!!) So, kayaknya, impian ku melihat calon istri (suaminya), Ci Siti Nurhaliza, pupus sudah.

Monday, December 12, 2005

Hafalan Sholat Delisa - JCC .... (10/12/05)

Image hosted by Photobucket.com
'Zar, ke JCC jam berapa?'
'Jam setengah 2'
'Lho, bukannya jam 12.45 mulai?'
'Halah...!!'

---
Di tengah kesibukan bikin report yg sangat mereportkan diriku, 12.30 meluncur segera ke JCC.
Pas jam 12.45 sampe. Keliling2 nyari panggungnya, pas nyampe, ternyata sudah dimulai.
'Jumpa Penulis Novel Hafalan Sholat Delisa'. Keren bang!!
Ada 2 pembicara: Tereliye dan Cut Putri (<-- tau tragedi tsunami? beliau dokumentatornya!) Sayang, saya lupa nama moderatornya... ;))
As usual, saya mengira Cik Tere bisa dengan lancar mengungkapkan segala hal tentang novel ini. Latar belakang, motivasi, jalan cerita, saya kira akan lancar diutarakan. Asdos, ex consultant, masak presentasi/public speaking kagak bisa?? Tapi, ternyata..... (sambung di bawah yak, hehehehehe)





Nah, ada Cut Putri memberi beberapa pendapat ttg novel ini. Hmmm, speaknya bagus. Alur bicaranya lancar jaya. 'Dia itu jadi host di TPI Zar....' ooo, pantes......
N tau gak? Kata Tere, pas ketemu dia, si Cut ngomong: 'Alhamdulillah, akhirnya bertemu juga....'
Halah maaaak!! Muke lu Wis!!! (Tere = Darwis, hehehehehe).
Trus, dia juga bilang: 'novel ini mengajarkan pembacanya keikhlasan. seperti Mas Darwis ini. Saya menilai beliau ikhlas...' (ufffff....)


'Saya aja sering
mencantumkan biodata saya di buku2 yg saya tulis. Lain dengan Mas Darwis ini. Tanpa biodata!'














Exsum:

Guys, baru kali ini aku ngeliat Darwis begitu gelisah. Adi pun melihat hal yg sama. "Gw gak nyaman Zar".
Yup Wis. Keikhlasan itu penting. Namun takut tidak ikhlas, juga tidak baik bila berlebihan. Terkadang, kita hanya perlu menjalaninya saja, tanpa perlu menilai: apakah kita ikhlas atau mengharapkan pujian (riya'). Ikhlas atau tidak ikhlas, siapa sih yg tau?? Terkadang pula, kita gak tau niat kita tulus atau sebaliknya.

But, i luv ur novel Bro. Ini yang terbaik. Mungkin gak ngetop, n mungkin gak semua orang suka. Tapi, ini novel lo yang terbaik!! Maknanya dalem buatku. Thx Bro.....

Tuesday, December 06, 2005

Satria Mandala....

Image hosted by Photobucket.com

Masih ingat sama Des3&Arry ? Nah, Sabtu kemaren, 3/12/05, dilakukan resepsi.

Thursday, December 01, 2005


Si Abang: Senior di Kampus, dan di Dunia Kerja

'Kenal sama Mas Tomi gak?' tanya kawanku Banu.
'Emang siapa dia?' balik ku bertanya.
'Senior. Anak FEUI juga. Dulu sih aktivis FSI...'
'Ooo, oke deh, ntar ane cari' jawabku penasaran

Itu petikan obrolan tahun 2002 awal, februari tepatnya.
--

'Tetep kontak yah ji!' kata Mas Tomi.

Petikan obrolan singkat, , hari ini, 1 Desember 05.
--

Yup. Tomi Satryatomo. Produser Kupas Tuntas. Si Abang. Bisa dikatakan panutan buat junior2nya, aktivis da'wah di Transtv (mungkin di dunia Broadcast).
Kadang sebel juga (sori ya bang! :) ), dia terlalu sibuk, sampe jarang banget kumpul sama juniornya buat berda'wah.

But, show must go on. Dinamika di kantor terkadang membuat komunikasi antara kami n beliau putus-sambung. Tapi ada hal yg berkesan: Mas Tomi suka nraktir :). Di Pondok Laras Depok, trus dulu pernah di Situ Gintung (kalo gak salah). Tapi yg paling berkesan, mungkin acara makan ikan bakar bareng di rumah Anis Matta di daerah Utan Kayu. Wuiiih, bermakna banget tuh!

Btw, keep in touch Bang! At least, dateng ke nikahan aku yah! (kapan ???? huahahahahaha)