Tuesday, April 29, 2008

never fall in love with your company

Guys,
Kalo sampeyan baca kalimat never fall in love with ur company, rasanya udah basi kali yah.

Yg mau tak sampein adalah sebuah uraian yg lebih menarik, cerita tentang manajemen waktu.
Silahkan baca, semoga menjadi ilmu baru untuk kita.
Maaf kalo rerun (pernah dapet/baca), tapi, rasanya kita mesti mengupdate trus masalah manajemen diri.

NEVER FALL IN LOVE WITH YOUR COMPANY

Seorang CEO sebuah perusahaan IT dari Indiaberbicara dalam sebuah sesi dengan para karyawan tentang filosofi ini. CEO tersebut termasuk dalam 50 orang paling berpengaruh dalam dunia bisnis di Asia (dirilis oleh majalah Asiaweek).

INTINYA CERITANYA ADALAH : CINTAILAH PEKERJAANMU, TAPI JANGAN PERNAH JATUH CINTA KEPADA PERUSAHAANMU, KARENA KAMU TIDAK PERNAH TAHU KAPAN PERUSAHAANMU BERHENTI MENCINTAIMU – Narayana Murthy.

Bagi yang tertarik membaca pandangan dia secara mendalam, berikut kutipan kata-katanya:
"Saya sering menjumpai orang-orang yang bekerja selama 12 jam sehari, 6 hari seminggu, atau lebih. Beberapa diantaranya melakukan hal tersebut karena diburu-buru oleh deadline, memenuhi target yang telah ditetapkan. Bagi mereka, waktu-waktu panjang yang penuh lembur hanyalah bersifat sewaktu-waktu saja. Adapula yang menjalani jam-jam panjang dalam hari-hari mereka selama bertahun-tahun: entah karena orang-orang ini merasa telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada pekerjaan, atau bisa juga disebut workaholic. Apapun alasan yang orang buat untuk bekerja lembur, kondisi tersebut berpengaruh TIDAK BAIK kepada orang yang menjalani maupun orang-orang sekitarnya. Berada dalam kantor selama berjam-jam dalam rentang waktu yang lama, bisa menimbulkan potensi yang cukup besar bagi yang menjalaninya untuk membuat kesalahan.
Rekan-rekan saya yang saya kenal sering bekerja lembur, sering membuat kesalahan karena faktor kelelahan. Membetulkan kesalahan-kesalahan ini tentu saja membutuhkan waktu dan tenaga tidak saja dari dirinya sendiri, melainkan orang lain yang secara langsung maupun tidak langsung bekerja bersamanya.

Masalah lain adalah orang-orang yang bekerja pada perusahaan yang menetapkan waktu kerja yang ketat seringkali bukanlah orang-orang yang secara pergaulan menyenangkan. Para karyawan dari perusahaan dengan tipe seperti ini sering mengeluh atau komplain mengenai orang lain (yang tidak bekerja sekeras mereka). Mereka menja di mudah tersinggung, dan mudah marah. Orang-orang lain menjauhi mereka. Perilaku semacam ini secara organisasi tentunya merupakan masalah besar: hasil besar akan dicapai oleh sebuah organisasi apabila ada jalinan harmonis dalam kerja sama tim antar karyawannya, bukannya bekerja sendiri-sendiri dan saling menjauhi.

Sebagai seorang pimpinan, saya harus membantu orang lain untuk meninggalkan kantor tepat waktu.

Langkah pertama dan terpenting adalah sayalah yang harus memberi contoh dan pulang ke rumah tepat waktu. Saya bekerja dengan seorang manajer yang menyindir orang-orang yang bekerja lembur terlalu lama. Ajakannya menjadi kehilangan makna ketika orang-orang menerima emailnya dan melihat jam email tersebut dikirim ternyata jam 2 pagi. Untuk mengajak orang melakukan suatu hal, langkah terpenting adalah memberi contoh dengan melakukannya sendiri.

Langkah kedua adalah mengajak orang untuk menjalani hidup yang seimbang. Sebagai contoh, berikut ini adalah langkah-langkah yang menurut saya cukup membantu:

1. Bangun pagi, sarapan dengan menu yang baik, lalu berangkat bekerja..

2. Bekerjalah dengan keras dan pintar selama 8 atau 9 jam sehari..

3. Pulanglah ke rumah

4. Baca buku atau komik, menonton film yang lucu, kumpul-kumpul dengan rekan-rekan.

5. Makan yang sehat dan tidur yang cukup

Langkah-langkah ini disebut sebagai recreating. Mengerjakan langkah 1, 3, 4, dan 5 akan memungkinkan langkah 2 dilakukan secara efektif dan seimbang.

Bekerja secara normal dan mempertahankan hidup yang seimbang adalah konsep yang sederhana. Langkah-langkah tersebut mungkin akan sulit dilakukan oleh sebagian orang karena orang tersebut akan menganggap perlunya perubahan mendasar yg bersifat personal pada dirinya.

Sebenarnya langkah-langkah ini memungkinkan untuk dilakukan oleh setiap orang, karena kita memiliki kekuatan untuk memilih apa yang akan kita lakukan.

"LOVE YOUR JOB BUT NEVER FALL IN LOVE WITH YOUR COMPANY".

Suatu hari, seorang ahli "Manajemen Waktu" berbicara didepan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yg tidak akan dengan mudah dilupakan para siswanya.

Dia mengeluarkan toples berukuran satu galon yang bermulut cukup lebar, dan meletakkannya diatas meja. Lalu ia juga mengeluarkan sekira selusin batu berukuran segenggam tangan, dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu kedalam toples. Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yang muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?" Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah." Kemudian dia berkata, "Benarkah?" Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang- guncangkannya, sehingga ke rikil itu mendapat tempat diantara celah-celah batu-batu itu. Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi, "Apakah toples ini sudah penuh?" Kali ini para siswanya hanya tertegun, "Mungkin belum", salah satu dari siswanya menjawab. "Bagus!", jawabnya. Kembali dia meraih kebawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan.

Sekali lagi dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?" "Belum!" serentak p ara siswanya menjawab. Sekali lagi dia berkata, "Bagus!" Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas.
Lalu si ahli Manajemen Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya "Apakah maksud dari ilustrasi ini?" Seorang siswanya yang antusias langsung menjawab, "Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain kedalamnya" "Bukan", jawab si ahli, "Bukan itu maksudnya".

Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa: Kalau kamu tidak meletakkan batu besar itu sebagai yg pertama, kamu tidak akan pernah bisa memasukkannya ke dalam toples sama sekali. Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami/istrimu, orang-orang yang kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling berharga dalam hidupmu.
Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yg pertama atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya.

Jika kamu mendahulukan hal-hal kecil (kerikil dan pasir) dalam waktumu maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal kecil, kamu tidak akan punya waktu berharga yg kamu butuhkan untuk melakukan hal-hal besar dan penting (batu-batu besar) dalam hidup.


Thursday, April 24, 2008

Curahan Hati Sekelompok Potograper Wedding

Sebenernya hal ini sudah gw rasain lama, walaupun cuman jadi weekend potograper (dan jarang dapet order), tapi ya kok kadang2 ngerasa, harga yang ditawar sama calon klien tuh ga masuk akal (ga usah ngomong reward untuk skill lah). Lha buat production cost aja ga nutup.
Berikut petikan dari forum FNet:
http://www.fotografer.net/isi/forum/topik.php?id=3193790796&p=2

MM (wong ngetop neng FN)

Re: Harga murah = Fotografer asal asalan?

yang SALAH ada 2 orang (komposisi kesalahan 20% : 80%) :
1. Pihak HOTEL (20%) - ngasih Fotografer asal asalan
2. Mempelainya (80%) - ini "harta karun" seumur hidup, kenapa ambil resiko dengan paket yg gak jelas. Dengan kata lain, seperti didiet diatas, JANGAN PELIT-PELIT lah



Sorry, gantian saya yg curhat, mewakili temen temen fotografer yang sering "dihargain" murah oleh mempelai (dengan kata lain ditawar abis abisan).


(Terkadang) Mempelai dan keluarga lebih mementingkan Harga Dekor jutaan rupiah, katering RATUSAN juta rupiah, padahal, mau kepake berapa lama???Paling mentok 3-4jam.
Hanya untuk harga sebuah gengsi dihadapan tamu??Dihadapan atasan??diatasan temen deket??Takut diomongin kalo weddingnya (terlihat) kurang mewah?? Sehingga mengorbankan budget dari dokumentasi..... ck ck ck ck....


Untuk "sebuah' foto, (yang akan dipake seumur hidup), malah nyari yg irit irit, demi potong budget bayar gengsi dekor dan katering. Bukan berarti dekor dan katering gak penting, tapi paling tidak ya luangkan waktu sejenak untuk hal berikut:

1. survey fotografer (gak cuma njelimet melulu ngurus katering dan dekor), bunga ini, bunga itu , gubuk makananan ini gubuk itu,.. Pelaminan ini-itu dll
2. jangan MALAS tanya sana sini, bisa dari web, email atau bahkan temen2 dekat yg pernah menikah. Tidak SEMUA fotografer murah hasilnya murahan.
3. Kalo tetep mau bertahan irit-iritan dari sisi dokumentasi,....siapkan hati sebaik-baik nya, duit di irit-irit hasilnya ya "paket irit" (irit kualitas, irit hasil, irit warna...irit kabeh sak kabeh kabehe).

Yahhh paling nggak ada kenangan lah untuk anak cucu..... kenangan bahwa ayah-ibu nya pernah menikah dengan "POTONG BUDGET" dokumentasi, jadi hasilnya ya seperti itu. Itung itung, ngajarin anaknya untuk belajar satu pelajaran berharga, kebanykan GENGSI, Justru MAKAN HATI. Terima kasih. Mohon maaf kalo ada yg kurang berkenan.
Hanya mewakili, suara hati (beberapa) temen fotografer


.....Peace....