Wednesday, August 03, 2005

Siang Itu, Betapa Hidup Begitu Indah

From: acctlab@yahoogroups.com [mailto:acctlab@yahoogroups.com] On Behalf Of Darwis Darwis
Sent: Wednesday, August 03, 2005 9:59 AM
To: acctlab@yahoogroups.com
Subject: Re: ::AcctLab:: Cari ide analogi HIDUP

Hidup ini penghambaan. Kalian bahkan "tidak memiliki diri kalian sendiri". Jadi bagaimana mungkin kalian dgn bangga bilang punya rencana2 dlm hidup; planning, punya kecerdasan, punya harta benda.... dan remeh-remah kebanggaan lainnya.... (Nah ini kata
gw: siapapun dia menurut kalian: bagaimanapun kalian memahaminya).
kutipan, tulisan dari Darwis di milis


Image hosted by Photobucket.com
Selasa,02/08/2005,00:29:25 wib. HP ku berdering. Segera ku berlari ke kamar ayahku (karena hari itu, aku sengaja meninggalkannya di rumah). Citra on call.
‘halo?’ ‘Udah denger pak?’ ‘apa?’ ‘ibunya destri meninggal...’

Deg! Baru jam 21 tadi aku mengabarkan ke sobat2ku, bahwa Destri dan Arry akan menikah hari Ahad pekan depan.

Segera kusebar berita duka itu melewati langit yang cerah, malam itu juga.

--0--

06.45 wib, keesokan harinya. ‘Ican maunya dianter Om Aji’. Kuantar ponakanku tercinta. Masih pagi sekali, untuk ukuran playgroup.
06.55 wib, berbarengan aku dan Dito menuju rumah Destri.

--0--

08.00 wib, kurang lebih. Bersalaman dengan ahlul bait yang ditimpa musibah, Ayahandanya Destri.
‘Pak, gw kan bukan artis, masa’ mau diliput juga?’. Baru sadar, kalau yang dia maksud seragamku seperti orang2 produksi kantorku bila sedang mengincar Rhoma Irama or Angel Lelga. Destri, Destri, Sense of humor – mu itu lho, masih sempet2nya :)

--0--

08.15 wib, kira-kira. ‘Destri nikahnya hari ini’
Deg yang kedua. Dan tiba-tiba langsung teringat keraguanku tadi pagi, antara membawa kamera atau tidak. Kuputusanku, tidak. Dan hari itulah, untuk pertamakalinya, aku sangat menyesal tidak membawa kamera. Janji untuk mendokumentasikan acara sekali seumur hidup, hampir gagal. Alhamdulillah, ada kamera pocket milik kakaknya Destri. Saat itu, aku bertekad menebus kesalahanku, dengan membuat dokumentasi yang indah buat mereka.

--0--

‘Kayak gini kali yah rasanya’ Arry membuka percakapan ke Dito.
‘Kalo gw denger2 dari orang2, dan juga dari kakak gw, beberapa saat sebelum menikah, pasti ada masa2 kita terdiam. Gak bisa ngomong apa-apa’ Aku hanya tersenyum, gak tau mau bilang apa.

--0--

12.20 wib, pernikahan itu dilaksanakan. Cepat. Sederhana. Mempelai pria terlihat gagah dengan peci dan jas yang dipakai. Kecantikan yang alami saat itu benar-benar muncul dari mempelai wanita, walaupun hanya dengan polesan yang tipis, kebaya sederhana, dan sejuntai melati di rambutnya.
Tersedu sang Ayah menikahkan putrinya. Dengan mantap dan tegas, Arry menyatakan menerima akad dan nikahnya Destri. Salut aku atas kemantapan ucapannya. Hampir aku menangis, dan tidak konsen ketika mengambil foto untuk momen itu. Tapi, aku melihat, kedua mempelai begitu tegar. Aku tersentak, dan mulai fokus mengambil angle yang terbaik, yang aku bisa.

--0--

Hidup itu penghambaan. Alloh subhanahu wa ta'ala Rajanya. Pemegang diri-diri yang bertebaran di muka bumi.
Kenapa sih kita sering menggugat HIDUP? Karena kita gak mengerti apa itu HIDUP.
Kenapa kita tidak mengerti HIDUP? Karena kita tidak mengenal Yang Maha HIDUP.

Arry, aku kutip do'a ini untukmu:

Mendo’akan pengantin laki-laki

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwasanya suatu ketika Nabi melihat bekas kuning (dari minyak za’faran) terdapat di badan Abdur Rahman bin Auf, lalu beliau bertanya, “Apa ini?” Seseungguhnya saya telah menikah dengan seorang perempuan dengan maskawin seberat biji sawi dari emas, tukas Abdurrahman bin Auf. Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengucapkan, “Barakallahu laka” (Semoga Allah memberkahimu).

Buat Destri dan Arry:

Mendo’akan kedua mempelai
Hendaknya orang yang menghadiri walimah mendo’akan mempelai dengan do’a:
“Barokallahu laka wa baaroka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khoir”

artinya: Semoga Allah memberkahimu, semoga Allah memberkahi atasmu, dan mengumpulkan kamu berdua dalam kebaikan. (Riwayat Abu Darda dan Tirmidzi, Shahih)

Dr. Abi Maryam Majdi as Sayyid dalam “30 Pesan Nabi di Malam Pengantin” menjelaskan mengapa dalam do’a menggunakan idiom “ala” dalam “wa baaroka ‘alaika.” Hal itu dikarenakan yang dimaksudkan keberkahan tidak hanya kedua mempelai tetapi juga anak-anak dan keturunannya.


Aamiin.......

1 comment:

Anonymous said...

Zhar, gw gak nyangka ternyata ceritanya seperti itu.....
Bahkan kejadian2 itu berharga beribu kali lipat dari kata-kata gw yang sok dewasa, sok bijak...