Wednesday, April 25, 2007

***KITA KAN LAKI-LAKI....**

Ada kiriman email menarik dari temen. Istri & saya sampe nangis begitu kelar baca email ini.
Berikut kutipannya:

Saya hari ini sengaja tidak bawa mobil, berhubung selesai jam kantor akan rapat organisasi sampai malam di daerah Rasuna Said. Di gedung Sentra Mulia, didepan kedutaan Australia. Kalau sudah lewat jam lima sore merupakan biangnya macet karena seluruh mobil pribadi akan lari ke situ berhubung menghindari three in one, baik di jalan Thamrin maupun Gatot Subroto.


Orangnya masih muda, memakai pakaian seragam sopir berwarna putih degan strip merah memanjang di bahu baju. Pembawaannya juga kalem, dan cara mengemudikan mobil juga sudah terlatih. Sopir taxi Primajasa.

Jarang memang taxi ini, yang sering banyak dijalan taxi Blue Bird. Dan sayapun selama ini mengenal Primajasa hanya sebagai bus antarkota. Tapi sudahlah, yang penting sekarang saya duduk enak, ACnya dingin walaupun jalan macet.

Enak juga kalau begini terus-terusan disopirin orang. Dari pada nyopir sendiri. Capek, stress dan jengkel dengan situasi jalan di Jakarta pindah ke sopir. Saya jadi bisa tidur-tiduran sambil lihat gedung-gedung atau ngerumpi dengan temen melalui HP.

"Sudah lama naxi mas?".

"Baru lima tahun".

"Baru lima tahun?"

"Ya pak, emangnya kenapa?"

"Berarti masih mau terus jadi supir taxi?"

"Ya gitulah pak, susah cari kerja lain. Di kampung juga ndak ada pekerjaan yang menarik pak. Paling motong padi kalau lagi panen. Itupun cuma seminggu dua minggu. Bayarannya murah. Ndak cukup untuk makan keluarga. Sudah itu nganggur lagi".

"Memang mas tamatan apa?".

"SMA pak".

"Nggak ada dulu niatan kuliah?".

"Tamat SMA aja syukur pak. Habis orang tua cuma buruh petani".

"Sudah berkeluarga mas?".

"Sudah, anak dua. Di Semarang. Isteri jaga anak saja di rumah".

"Lho pulangnya berapa hari sekali?"

"Ndak tentu pak, kadang sebulan sekali. Ya kadang kalau ndak banyak uang cuma dua bulan sekali. Uang kiriman saya titipin temen yang pulang kampung.
Sama-sama sopir juga".

"Nggak kangen kalau sampe dua bulan?".

"Siapa yang ndak kangen pak. Ya kangen tho".

"Ngirim duitnya berapa mas?".

"Rata-rata sih lima ratus rebu".

"Cukup itu mas?".

"Ya dicukup-cukupin pak. Isteri saya dikampung ndak macem-macem".

"Setoran taxi ini memangnya berapa mas?"

"Sehari dua ratus ribu, ndak termasuk bensin. Kalau sama bensin ya nambah sekitar 120 rebu lagi".

"Kalau gitu tiap hari pulang bawa banyak uang mas?".

"Ndak juga. Kalau lima puluh ribu sih dapet. Tapi hari ini dari pagi sampe sekarang baru ngumpul 140 rebu. Mulai pagi jam tujuh. Ntah nanti pulang jam dua belas malem, bisa ndak ngumpul setoran. Kalau ndak ya potong setoran dulu dua puluh rebu. Buat makan. Besok kalau setoran lebih baru dilunasi".

"Lho kalau gitu buat apa nyopir. Kalau nggak dapat setoran pulang nggak bawa duit. Mending di rumah, nggak usah kerja, nggak capek. Kan sama nggak dapat duit".

"Tapi kalau di rumah, makannya dari mana pak?. Kalau naxi kan kita masih ada harapan besok dapet duit. Kalau di rumah ya dimarahin bini".

"Bener juga, ya".

"Iya pak. Kita kan laki-laki, kepala keluarga. Harus kerja. Susah dan seneng kita harus lakonin. Saya sih yakin saja pak sama yang Di Atas. Buktinya lima tahun, saya masih bisa ngirim duit tiap bulan".

"Oh ya Mas.. siapa namanya?".

"Mursidi pak".


Benar juga, sebagai laki-laki dan sebagai kepala keluarga memang kita diwajibkan untuk bekerja. Saya jadi ingat, sewaktu ijab kabul dulu mengucapkan sighat ta'lik yang salah satunya berbunyi bila sewaktu-waktu saya tidak memberi nafkah wajib kepada isteri tiga bulan lamanya maka isteri saya berhak menuntut ke pengadilan agama.

"Terus saja pak. Nanti di gapura itu kita masuk".

Akhirnya saya sampai di rumah. Argo menunjukkan Rp 93.000,-.

"Nih Mas, sisanya ambil saja untuk nambah-nambah lauk makan malam"; saya sodorkan lembaran seratus ribu rupiah.

"Terima kasih pak, mudah-mudahan diganti rejeki yang lebih banyak".

"Amin, amin".

Isteri saya membukakan pintu. Dia Insinyur, sama dengan saya. Tetapi sejak tamat sampai sekarang, sudah 22 tahun tidak bekerja. Dia jaga anak saja di rumah. Saya tidak melarangnya untuk berkerja. Hanya dia sendiri yang inginnya di rumah. Saya sendiri yang selama ini bekerja. Dan alhamdulillah tercukupi.

"Kita kan laki-laki, kepala keluarga. Harus bekerja".

Terima kasih Pak Mursidi. Mudah-mudahan engkau tetap istiqomah dengan pendirianmu.

Monday, April 16, 2007

Tips & Trik Kamera Digital #2: Spesifikasi Kamera Digital Pocket

Jika Anda sudah memutuskan: 'Ok, saya memang perlu kamera, dan saya akan beli Kamera merk Ol*****, type F-1xx' , weits, tunggu dulu. Pasti ketika Anda datang ke toko camera, akan terpajang begitu banyak tipe kamera dengan spesifikasi yang bikin bingung pembeli awam. Ok, kita coba bahas 1-1, apa aja sih spesifikasi di kamdig pocket.

1. Zoom : artinya pembesaran objek oleh kamera. Zoom di sini d
ibagi 2: optical & digital. Proses pembesaran dengan optical/lensa, akan menghasilkan gambar yang lebih bagus dibanding digital zoom. Kenapa? Sesuai dengan namanya, pembesaran dengan digital melalui proses elektronis. Kalo Anda melihat suatu gambar di PC, lalu diperbesar, maka terlihat gambar menjadi pecah (pixelate), sehingga mengurangi detail gambar. Sedang zoom optikal, hasil yang dihasilkan lebih presisi dan tajam, karena tidak ada proses pembesaran 'paksa' di sana. Saat ini, rerata camdig pocket mempunyai pembesaran optikal 3-5 kali, tapi juga ada untuk yang kelas menengah, kamdig pocket dengan zoom optikal 10-18 (!!) kali (Olympus saat ini mengeluarkan kamdig kelas menengah dengan kemampuan lensa 'uedan'. Coba klik ini deh ) .

Saran saya, jangan mengandalkan digital zoom, atau dengan kata lain: peduli amat dengan digital zoom. Kalo perlu, non aktik-kan saja digital zoom pada kamera Anda. Jika Anda suka foto candid or pengen motret objek jarak jauh, mau gak mau, Anda mesti membeli kamdig dengan optikal nya sadis. Tapi ingat, Anda juga mesti paham penggunaan zoom yang besar. Semakin tinggi pembesaran, semakin sensitif kamera tersebut terhadap getaran. (Nanti akan kita bahas cara penggunaan kamdig
dengan high zoom).
Intinya adalah: kalo bisa, beli kamera yang memiliki optikal zoom. Walau sedikit lebih mahal , trust me deh, Anda bakal rugi kalo beli yang cuman punya digital zoom doank.

2. ISO: masih inget waktu beli negatif film, trus ada tulisan ASA 100/200/400? Nah, ini sama, ISO = ASA. Artinya tingkat sensitivitas terhadap cahaya. Makin tinggi ISO, makin peka ia terhadap cahaya. Buat motret di tempat yang kurang cahaya, seperti dalam ruangan, mutlak diperlukan ISO tinggi jika tidak ingin menggunakan flash. Tapii..., penyakit kamera poket adalah: noise yg tinggi pada ISO tinggi. Noise itu apa sih om? Noise itu bintik2 pada hasil foto (seperti berpasir). Lihat contoh foto di bawah (klik buat memperbesar).
Coba lihat di area tugu monas dan air mancur. Terlihat ada bintik2 yg mendistorsi objek secara keseluruhan. Tenang aja, ada software gratisan yg bisa mengatasi masalah ini: Noiseware . Cara penggunaannya gampang kok. Tinggal buka foto yg mau dibenerin, trus dengan setting-an Default, klik tombol Go. Voila! Noise bakal sedikit menghilang.

Friday, April 13, 2007

Tips & Trik Kamera Digital #1: Memilih Kamera Digital Pocket Beberapa kali saya dapet email or telpon, or nanya langsung, tentang 'gimana cara milih Kamera Digital', 'gimana cara motret d tempat yang cahayanya minim' dst. Mmm, ternyata camdig udah booming. Motret jadi begitu gampang, gak kyk jaman dulu yg ribet masang film, tinggal 'cepret', jadi! (lucunya, sekitar 6 bulan lalu, saya dimintain tolong sama anak magang SMK d kantor, buat masang film, setelah 4 taun gak pernah megang. Untung gak kusut, hahahaha!!). Berdasar pengalaman n baca2 majalah n website, berikut tips dari saya:

Tentukan Budget

Misalkan, Anda punya merasa butuh, n kebetulan ada tabungan trus kepikiran mau beli kamera, jangan hanya melihat HARGA kameranya saja. Ada berbagai pernik yang mesti Anda beli:

- tas kamera
(kira2 100 rb an) : jarang dapet tas pada paket pembelian. Beli yang bagus sekalian, awet dan kuat, plus semi-weatherproof. Merk Lowepro adalah pilihan yang bagus.

- batere : kalo kameranya pake batere AA, baiknya beli yang rechargeable, plus sama chargernya, kira2 satu set > 200 rb (+ 4 buah batere). Kalo pake batere lithium, tapi Anda sering travel dan males ngecharge, beli batere backup perlu dipikirkan, harganya sekitar 200 rb an jg. Beli merk yg 3rd party juga oke (misalnya merk Gadgetizer or else), harganya bisa 50-70% dari harga OEM (asli).
- kartu memori :
ini kalo di paketnya dapetnya cuman 32/64 MB (kadang malah ga dapet sama sekali). Minimal sih beli 512 MB, kira2 <>murah, tergantung merk. tapi rekomendasi saya SanDisk or Kingston.) Memori besar diperlukan karena saat ini kamera poket ada yg sampe 10 Mega Pixel!

- screen protector :
harganya 50-75 rb, kadang ada yg 100 rb, daripada screen baret2 pas motret outdoor.

Emang sih, 4 poin d at
as optional, bisa beli, bisa kagak. cuman yang urgent : tas, sama memory card.

Mega Pixel Besar = Kamera yang Bagus??
Saat ini, pocket camdig ada yang sampe 10 MP. Sebenarnya ini pemborosan memori di memory card. Sejatinya, 3-5 MP untuk campocket, rasanya sudah cukup, apalagi kita paling nyetak maksimal ukuran 4R. Bahkan untuk ukuran 10R (ukuran 20x25 cm), 5 MP pun sudah cukup, gambar dijamin gak akan pecah.
Banyak merk dari taiwan yg mencantumkan: sensor 5 MP, efektif 10 MP. Terus terang saya ga ngerti sama kata2 'efektif' di sini. Ada kemungkinan itu hasil interpolasi/proses digital. Dijamin, hasilnya bakal pecah. Hehehe. So intinya, mega pixel besar, bukan jaminan kamera itu bagus. Keuntungan MP besar adalah, jika kita akan memotong/me-crop satu area tertentu dari foto kita, hasil nya masih lumayan untuk dicetak. Misalnya, file asli berukuran 10 MP, dan setelah dilakukan pemotongan, ukurannya kira2 jadi 5 MP. Hasil potongan tsb dijamin gak pecah/hilang detilnya.

Merk

Ada berpuluh merk camdig, dari merk Jepang, korea, sampe Taiwan/China. Saat tulisan ini dibuat, digicam pocket yg paling laku Canon. Nikon, Sony, Fuji, Panasonic Olympus dll juga bagus. Bahkan ada merk lokal, namanya MPix (subs nya Fuji Jepang), menurut review di Kompas lumayan bagus. Cuman menurutku, Canon yg model sama fitur lumayan asik plus harga yg kompetitif. Kalo merk Korea, Taiwan, maap2 kata, blum berani saya rekomendasikan. Kenapa? Lensa! Membuat kamera perlu sokongan lensa yang ciamik, dan merk2 Jepang spt Canon (Canon Lens)-Nikon (Nikkor)-Sony (Carl Zeiss Lens) - Panasonic (Leica Lens) sudah menggunakan lensa yang bagus.
Sedangkan merk Korea, ada yang bagus, tapi saya masih ragu dengan sensornya. Kalo yang merk Taiwan, absolutely, ai tolak! Hahahaha.

Purna jual & servis senternya
Canon ok (di kemayoran), nikon ok (di mangdu), sony (kyknya d kuningan), olympus (ada sih, cuman ga tau dimana, dan kyknya masih agak 'gagap', byk yg ngeluh di forum fotografer).

Beli Kamera: Buat Apa?
Cuman jeprat-jepret doank, apa mo sekalian belajar motret dikit2? Maksudnya, belajar
motret biar hasilnya maksimal. Kalo mau belajar motret, sekalian beli yg ada setelan manualnya. Harganya hampir sama aja. Kita bisa set kecepatan rana, lebar diafragma yang bisa menghasilkan foto yang 'beda' dibanding jika menggunakan mode otomatis. Tapi kalo mau praktis2 aja, yasud, beli yang full otomatis. Tapi saran saya sih, beli yg bisa ngeset manual juga, siapa tau, ada bakat terpendam buat jadi fotografer. Hehehehe.
Oya, kalo Anda
termasuk orang yg narsis, kamera dengan swifel display adalah pilihan terbaik. Dengan display yang bisa diputer2, Anda bisa mendapatkan angle foto yang sangat menyenangkan dan unik

Beli Dimana?

Jangan beli di Sony senter, or di Elektronik siti, or Kerfur, or Jayen. Mahal! Ada pengalaman 'buruk' teman kantor saya. Dia beli camdig di Kerfur dengan harga 1.2 juta, tanpa bonus. Eh pas tak tunjukin di sebuah website camdigstore di daerah Kemang, dengan harga yang sama, dia mestinya bisa dapet bonus batere+charger yang kalo diduitin harganya sekitar 150-200rb! Lumayan kan, buat beli tas.
Coba maen2 ke JPC Kemang , tokocamzone , or ek-gadgets . Liat di sana untuk harga patokan. Kalo mau susah payah, silahkan print harga2 di web tsb, lalu berburu lah di Mangga Dua or Ambassador. Pastikan garansi yang anda dapat adalah Garansi Resmi dealer Indonesia. Tapi kalo gak mau ribet, beli aja di toko tersebut.

Mmm, sekian dulu deh tipsnya. Mudah2an bermanfaat.
ps: sorry, kalo kesannya saya promosiin Canon mulu, maklumlah, Canon Lovers. Hasil foto, semua kembali ke 'Man Behind The Gun'. Merk gak ngaruh banyak. Kalo udah nguasain teknik, pake merk apapun, hasilnya bagus. Hehehehe

Saturday, April 07, 2007

Analisis ngawur: Kenapa Yamaha bisa Menyalip Honda??

Ada berita menarik di detikfinance tentang pasar motor di Indonesia. Yup! Untuk pertama kalinya dalam sejarah motor di Indonesia, Honda jeblok ke posisi 2. Nomer satunya siapa? Bukan... bukan Valentino Rossi. Kalo doi mah nomer 46. Hehehehe.

Yamaha. Pabrikan dengan logo garpu tala ini akhirnya membuat si sayap terbang gak bisa terbang terlalu tinggi.

Sebenarnya hal ini sudah disadari oleh banyak orang, bahkan oleh fans-nya Honda seperti terangkum dalam sebuah postingan di web klub Karisma (salah 1 varian motor Honda). Jika bisa disimpulkan, ada bbrapa point yg bisa ditarik:

Harga Honda yang terkenal Mahal
Kalo kita lihat price list harga motor, coba bandingkan antara Jupiter MX dengan Supra X 125 D. Keduanya berharga nyaris sama (14,19 jt vs 14.1 jt). Tapi coba lihat perbandingan spek yang 'wow' jauh banget dah!! Jupiter menawarkan spek: sasis deltabox (which is lebih kuat dan stabil), mesin tegak 45 derajat (mirip motor sport), teknologi diasil (silinder anti gores), liquid coolant, plus monoshock! Lha Supra?? Cuman beda cc doank ama generasi Supra X.

Teknologi yang Djadoels
Seperti paparan di atas. Honda masih mengandalkan mesin generasi supercub yg dibangun era 80-an. Coba liat mesin Supra Fit. Apa bedanya sama Honda Grand taun 90-an? Trus generasi motor sportnya. Dari CB 125 - GL Pro - Mega Pro - sampe Tiger, hampir sama (mesin generasi GL! Berarti sudah 20 tahun tuh teknologi.

Teknologi Honda Canggih, Tapi Bukan Untuk Pasar Indonesia
Thailand merupakan pusat riset produsen motor untuk kawasan ASEAN. Di sana banyak jenis motor yang bisa dibilang oke dalam hal teknologi, misalnya: Honda CBR 150 dan Sonic 125. Tapi apa daya, dengan dalih kurang laku di pasaran, AHM tidak memasoknya untuk pasar Indonesia. Beda dengan Yamaha atau Suzuki. Mereka berani mengambil segmen pasar yang kecil. Memang, Suzuki rada gagal dengan proyek Satria F-150 (Rider 150 di Thai), tapi Yamaha sukses keras dengan Jupiter MX (Spark MX di Thai).

Ada cerita menarik pada saat AHM merilis Tiger baru. Kebanyakan penggemar motor touring ini kecewa dengan desain baru Tiger. Apa yang bisa disimpulkan? Ekspektasi konsumen yang loyal pada Honda, tidak sesuai dengan kenyataan.

Masih mengandalkan image 'irit'
Itu semboyan dulu, dikala Yamaha dan Suzuki masih bermain di segmen 2 tak yang memang terkenal boros, tapi kencang. Sekarang? Semua sudah memproduksi 4-tak. Walaupun memang diakui Honda paling irit, tapi melihat kondisi perekonomian pengendara motor yang semakin tinggi, beda seliter dua liter tidak berpengaruh. Yang penting, motor mereka enak dan keren pas dikendarai.

Kurang menggarap segmen anak muda
Yamaha dan Suzuki sejak pertengahan 90 an getol bermain di Road Race. Bisa dilihat hasilnya sekarang. Yamaha makin identik dengan motor yang : kencang tapi tetap irit karena 4-tak. Itu disukai oleh anak muda. Belum lagi efek dikontraknya Valentino Rossi buat Moto GP sejak 2004 hingga 2008. Naik Yamaha serasa naik M1 nya Mas Rossi yang jawara dunia. Praktis, daya beli saat ini adalah di kalangan remaja - dewasa (<40 tahun) yang masih suka dengan kecepatan. Artinya, Honda dengan mesin jenis lama, makin ditinggalkan oleh konsumen.

Pengendara Makin Cerdas
Beda dengan teknologi pada kendaraan roda 4. Beda teknologi, harganya bisa makin jauh. Contoh: injeksi vs Karburator. Tapi untuk motor, selisihnya kecil (tapi heran, kok Supra 125 injeksi kok mahal yak? hehehehe). So, kenapa milih yang culun, kalo tinggal nambah 1-2 jt saja bisa dapet spek motor yang lebih canggih?

Ngawur kan analisa saya? Aneh sih, wong motor pertama saya aja Honda, sekarang pun Honda (sempat make Kawasaki & Yamaha sih). Tapi saya memang sebel ama Honda. Pengen beli V-Ixion deh. Keren banget.....





Monday, April 02, 2007

Setahun kemarin...

Mmmm, jodoh itu tak disangka tak diduga. Siapa sangka, bisa ketemu jodoh di pernikahan temen? Samalah kayak temen saya, si Diar, yang dapet jodoh via temennya temen adeknya. Panjang banget bukan? Atau si Arif, yang ketemu jodoh pas ngaudit bareng. Dan lucunya, pas kuliah (kebetulan mereka 1 kampus), Arif & Betty tuh ga pernah kenal sama sekali! Hyaa!!!

Anyway busway, tepat setahun kemaren, 1 April 2006, aku ketemu jodoh. Whaa!! Hampir kelewat tuh kemaren. Gara2 mbaca artikel dengan april mop, jadi inget nikahannya temenku, eh lsg ngeh, kalo tepat setahun kami ketemu.
Hehehehe, gak kerasa, tau2 di tanggal yg sama, tahun ini, istriku udah hamil hampir 4 bulan. Alhamdulillah.....