<>Berikut hasil pengamatan saya selama bekerja di Lantai 6, sayap kanan, gedung Trans TV Mampang, Jakarta Selatan:
House (of) Music
‘Untuk apa kau berikan aku benang yang kusut…’
Bang Meggi Z di tahun 2000-an sering bener muncul sambil nyanyi lagu ini. (Btw, menurut sumber, Meggi Z itu anak bungsu dari 26 bersaudara. Kakaknya yang pertama bernama Meggi A, yang kedua Meggi B, dst…).
<>Lagu ini juga yang sering diputar via mp3 oleh teman saya. Tampang sih syerem, tapi selera lagu Caca Handika dkk. Kalo lagi kumat, degung ala acara resepsi adat Sunda diputer juga. Walhasil, dia berhasil mengubah suasana kantor menjadi gedung resepsi di Tasikmalaya. Asli, liyer juga dengernya! Apalagi speaker aktif keluaran glodok difungsikan dengan ‘baik’, lengkaplah penderitaan saya. Bicara musik, seperti pepatah bilang, lain lubuk lain ikannya, lain orang lain musiknya. Tetangga samping saya persis, demen bener sama classic rock. Dari Jimi Hendrix (katanya best guitarist this century!) sampai era James Hetfield & gank dari Metallica dia hafal dengan baik dan benar. Era seventy abis! Belum lagi kalo bicara masalah sejarah pembuatan lagu Smoke on The Water-nya Deep Purple. Kita sih manggut-manggut aja, walaupun gak jelas, itu tanda nyimak atau tanda gak mudeng.
<>Pindah ke pojok belakang. Entah terobsesi atau emang demen, teman saya ini paling suka nyanyi -lagu apapun- ala opera alias vibrasinya manteb bener. Pernah denger lagunya Iwan Fals ala opera? Atau sampeyan pengen denger Goyang Dombret kalau dinyanyiin sama Luciano Pavarotti? Dateng aja ke lantai 6! Next, tetangga saya yang mantan aktivis masjid kampus. Ketebak selera lagunya, nasyid. Nasyid, lagu-lagu yang religius, penuh nilai perjuangan, semangat, atau pun menggugah hati. Kalau hari-hari biasa sih, cuman dia yang stay tune di saluran musik ini. Lain halnya masuk bulan puasa, weh, lumayan religius suasana ruangan.
Satu lagi yang menarik. Semua personil keuangan itu suka musik dan sebagian lagi jago main musik. Bahkan ada rumors, pas interview, semua calon staff keuangan itu pasti ditanya: ‘suka musik apa?’ sama ‘bisa main alat musik apa?’ Susah memang, mentang-mentang kerja di dunia showbizniz.
House of Jokes
‘Ayam ama bebek kalo kawin jadinya apaan?’ Kalau Anda menerima tebakan semacam itu dari anak-anak divisi keuangan jangan dijawab serius, karena mereka semua itu gak pernah bisa serius! Mau tau jawabannya? Ayam kalo kawin ama bebek jadinya telor. Garink? Pasti!
Lain cerita kalau lagi antri makan di kantin. ‘Bu, ada sayur apa?’ tanya teman yang isengnya luar biasa. ‘oh ada sayur kangkung sama sayur lodeh’. ‘Wah, saya gak mau sayur lodeh! Saya maunya sayur guadeh!’. Atau ‘Mbak, nasi goreng satu pake es yah!’ ‘Kok pake es?’ ‘iya, kalo gak pake es bukan nasi goreng donk, tapi nai goreng!’.
Belum sempat dilakukan tes psikologi, kenapa staf keuangan itu mempunyai kemampuan untuk membuat pertanyaan irasional dengan jawaban yang lebih irasional juga. Mereka juga kreatif membuat jokes yang baru. Memang, kreativitas dituntut dari personil yang mau dan telah bergabung dengan suatu stasiun TV. Kreativitas bebas tapi bertanggung jawab adalah bentuk kreativitas yang produktif, bukan kreativitas yang destruktif. (lho kok ngelantur??!)
House of Snack
“Ada kue!!!!” itu satu komando buat staf keuangan. Otomatis, gerak kaki akan menuju arah suara tersebut. Biasanya, ruang kasir jadi tempat favorit, karena distribusi makanan paling banyak berasal dari situ. Maklum, banyak vendor yang ngasih hadiah waktu ada pembayaran. Seingat saya, jenis makanan hadiah yang paling sering dikonsumsi di Divisi kami pizza dan donat. Asyik lho!
Rujakan. Ada 2 sistem yang berlaku, yaitu beli (biasanya nitip sama teman yang pergi ke bank) dan bikin secara kolektif. Kolektif di sini artinya si L bawa papaya, si R bawa mangga, si E bawa bengkoang, terus si D bawa sambelnya. Nah kalo yang makan, baru semuanya, gak laki-laki gak perempuan.
Rezeki yang lain datang dari rekan yang ulangtahun. Voucher makan di hari resepsi kayak gitu biasanya dipakai buat sore atau keesokan harinya.
House of Kusut
Closing. Satu kata, beragam makna, beribu dampak. Saat-saat closing bukanlah mimpi buruk, karena kita-kita ini gak sempet untuk mimpi. Jangankan mimpi, bisa-bisa kita rekonsiliasi bank sambil merem-melek kayak ayam mau tidur.
Ada satu orang yang selalu terlihat mengkeret mukanya di awal bulan. Inisialnya HMS. Kalau ada lomba kerapihan meja di trans tv, pasti dia gak bakalan menang. Kalau dikumpulin, mungkin bisa 2 rim kertas yang ada di mejanya dia. Pernah kami satu divisi itu pengennya merapihkan meja kerja. Wah, rapih jali Broer! Tapi, ya gitu. Besoknya, back to basic!
Kembali ke wajahnya yang selalu mengkeret. Karena terlalu sering dia berwajah seperti itu, ada julukan yang secara aklamasi kami berikan kepada doi: Si Kusut. Awalnya cuma dia yang mendapat julukan itu. Tapi seiring perkembangan perusahaan (cieee….) alhasil, semua di keuangan itu kena sindrom yang sama : kusut. Ada Si Kusut 1, Kusut 2 dan Kusut 3. kekusutan bertambah kalau ada selisih. Wajah yang semula pulih kembali, bisa-bisa makin mengkeret kalau ada kasus selisih, apalagi kalau di saat injury time. Terkadang, kalau awal bulan jatuh di hari Sabtu, banyak yang kecewa. Soalnya, gak bisa ngapelin pacarnya (lembur jack!). Syukur, penulis bukan termasuk orang yang kecewa.
Akhirnya, ada versi baru lagunya Bang Meggy:
‘Untuk apa kau berikan aku teman yang kusut…’
<>Azhar Kuntoaji
Accounting Department
(Dimuat dalam buku Warna-Warni Televisi - PT Televisi Transformasi Indonesia - 15/12/2003)