Saturday, March 05, 2005

Pohon Pisang, Darwis, dan Sore Itu

“..Banyak laki-laki pengecut
yang maunya enak sendiri bermain perempuan, tanpa pernah berani dewasa untuk mengambil tanggung jawab pernikahan…”

“…dan ada pula wanita pengecut yang hanya berani berteman dengan laki-laki, tanpa berpikir suatu saat dia harus berani dinikahi oleh sosok yang bernama laki-laki itu.”

Sepotong paragraf yang aku baca di majalah Tarbawi Edisi 103, halaman 33.

+++

“Zar, kata bapak gw, pohon pisang yang belom pernah berbuah sama sekali, kalo lu tebas, berapa kali pun, dia akan tetap terus tumbuh.”

“…tapi kalo udah berbuah, atau udah muncul jantung pisang sekecil apapun, lu tebas, pohon itu bakal langsung mati.”

Image hosted by Photobucket.com
Sepotong teori dari yang aku dengar dari Darwis (‘tapi gw sendiri belom ngebuktiin lho Zar!’), Sabtu sore, setelah Ashar di depan kamar kost-an, Babeh’s, 2nd floor.

+++

26/02/05, rasanya jadi suatu hari yang cukup membahagiakan buatku. Paginya, aku hunting dengan teman-teman sehobiku. Siangnya, aku berkeliling kampus UI, sholat d Masjid UI, dan makan bakso di dekat kost-an temen sekelas dulu. Sorenya, obrolan yang penuh makna dengan Darwis.

Darwis memberi suatu petikan makna yang luar biasa tentang hidup, walaupun tetap dengan gaya konyolnya, namun intinya tetap berharga, minimal untukku.

Kalau boleh aku terjemahkan dengan bahasaku: Manusia itu pasti punya tujuan hidup. Seperti pohon pisang yang hanya berbuah sekali. Bila belum berbuah, berapa kalipun ditebas, dia akan tetap tumbuh hingga dia berbuah. Manusia, jika menemui halangan, mestinya mengikuti filosofi pohon pisang itu, tetap HIDUP, tidak putus asa, hingga tujuannya tercapai. Bila sudah tercapai, kata Darwis, sebodo amat kita mati tak berapa lama setelah tujuan itu tercapai.

Seberapa sering kita melihat pohon pisang? Atau pertanyaan yang sebenarnya ingin aku lontarkan: seberapa banyak kau belajar dari alam? Terlalu basi kalau aku lontarkan pertanyaan ini (aku pun merasa demikian). Tapi pohon pisang di belakang kost-an, ternyata menyimpan filosofi hidup yang rasanya begitu memicu semangatku.

1 comment:

ami said...

Ji, tulisannya keren juga neh...