Guru Bangsa
Waktu kecil, Ibu saya sering memberi akronim2 jawa yang menarik. Misalnya, WANITA itu ternyata akronim dari WANI naTA. 'Jadi seorang wanita mesti berani menata rumah tangga, dan mengatur kebutuhan suami-anak2nya. Dia mesti cakap dalam hal urusan domestik keluarga.'
Di lain kesempatan, beliau pernah kasih akronim menarik lainnya:
'Kamu tau artinya Guru?'
'Yang ngajarin Aji kan Mah?'
Sambil senyum,'Lebih dari itu. Guru itu artinya digugu lan ditiru. Dipatuhi dan diteladani. Seorang guru punya tanggung jawab yg lebih, karena dia punya beban juga sebagai teladan'
(dan saya cuman manggut2 sok ngerti...)
Pekan ini ramai masalah iklannya PKS. Bukan sinis ama hal2 yg berbau PKS (ngapain juga gitu lhooo....), tapi ikut menyimak polemik di website,milis, rasanya menggugah memori saya atas sepenggal momen masa kecil saya dulu.
Di iklan situ, ada Bung Karno(?), Pak Harto (??), Bung Tomo, Hasyim Ashari, Ahmad Dahlan, dan M.Natsir. Intinya: PKS berikrar mencoba meneruskan semangat perjuangan para Pahlawan dan Guru Bangsa yg tersebut di atas.
Politis? Terserah sampeyan menerjemahkan, ketika melihat deretan tokoh2 di atas yang lekat dengan dunia 'politik' (kecuali Bung Tomo, cmiiw). HA identik dengan NU, AD dengan Muhammadiyahnya, MN dengan Masyumi, BK dengan Nasionalisnya, dan PS dengan u kno laah. Memang NU dan Mhdyah serta Msym bukanlah gerakan politik, namun ketiga kelompok itulah potensi suara bisa digaet. Dan bukan kapasitas saya buat mendebat masalah ini (entar disangka sinis....kekekekeke)
Yang perlu saya tanyakan: kemana Buya Hamka?
Kok ga masuk nominasi yah? Perjuangannya yg membawa ke penjara (dan di sanalah karya monumental Tafsir Al Azhar ditulis), keukeuhnya mempertahankan aqidah (dengan fatwa masalah Hari Raya umat lain), rasanya layak lah beliau menjadi Master (Suhu) Bangsa ini.
Ah sudahlah. Memang tak perlu lah beliau dijadikan tokoh panutan, karena beliau sudah menjadi panutan.
No comments:
Post a Comment